Saat sedang asyik baca majalah, Lolita sahabatku telphone tiba-tiba.
“halo ta, kenapa?” sapa ku.
Terdengar suara diseberang sana, “halo qila.. emm. Aku cuma mau kasih tau, seminggu yang lalu aku sempet ketemu Dannar la”
Kaget, sangat kaget. Airmataku menetes, entah menetes karena sedih atau senang. Tapi kurasa ini airmata kebahagiaan, “kamu serius ta? kamu gak salah orang kan??”ketemu dimana? Kenapa dia gak nemuin aku?”
“aku gak tau la, aku ketemu diswalayan. Kami hanya bicara sebentar sepertinya dia sedang terburu-buru aku hanya sempat menanyakan kabarnya.”
Tangis itu sontak terjadi. Telphone dari Lolita tak lagi aku hiraukan. Aku sedih dia pergi begitu saja, aku bahagia dia kembali ada disekitarku tapi aku juga sedih kenapa dia tak menemuiku? Apa dia tak rindu pada ku?? Kenapa dia jahat. Sungguh malam ini aku bena-benar sedih. Tapi ternyata disisi lain Lolita merasa bersalah pada Aquila.
Aquila gak tau lagi harus kemana dan ngapain lagi. Dia udah sangat sedih, dia pergi kebukit dan berharap bisa bertemu dengan Stren. Hari itu Aquila tak menemukan Stren, ia melewati hari sedihnya sendiri. Sedih itu belum juga padam, ia tak lagi menemukan Stren saat ke bukit. Ia merasa sangat kesepian, disinilah Aquila merasa kehilangan Stren sosok yang selama ini selalu menjadi semangatnya setelah Dannar yang menghilang. Aquila jatuh hati. Duduk seorang diri, Aquila benar-benar merasa ia akan kehilangan Stren.
“halo ta, kenapa?” sapa ku.
Terdengar suara diseberang sana, “halo qila.. emm. Aku cuma mau kasih tau, seminggu yang lalu aku sempet ketemu Dannar la”
Kaget, sangat kaget. Airmataku menetes, entah menetes karena sedih atau senang. Tapi kurasa ini airmata kebahagiaan, “kamu serius ta? kamu gak salah orang kan??”ketemu dimana? Kenapa dia gak nemuin aku?”
“aku gak tau la, aku ketemu diswalayan. Kami hanya bicara sebentar sepertinya dia sedang terburu-buru aku hanya sempat menanyakan kabarnya.”
Tangis itu sontak terjadi. Telphone dari Lolita tak lagi aku hiraukan. Aku sedih dia pergi begitu saja, aku bahagia dia kembali ada disekitarku tapi aku juga sedih kenapa dia tak menemuiku? Apa dia tak rindu pada ku?? Kenapa dia jahat. Sungguh malam ini aku bena-benar sedih. Tapi ternyata disisi lain Lolita merasa bersalah pada Aquila.
Aquila gak tau lagi harus kemana dan ngapain lagi. Dia udah sangat sedih, dia pergi kebukit dan berharap bisa bertemu dengan Stren. Hari itu Aquila tak menemukan Stren, ia melewati hari sedihnya sendiri. Sedih itu belum juga padam, ia tak lagi menemukan Stren saat ke bukit. Ia merasa sangat kesepian, disinilah Aquila merasa kehilangan Stren sosok yang selama ini selalu menjadi semangatnya setelah Dannar yang menghilang. Aquila jatuh hati. Duduk seorang diri, Aquila benar-benar merasa ia akan kehilangan Stren.
Lolita beberapa kali
mentelphone ku dan tak ku angkat. Ya lama-lama aku merasa tak enak hati pada
sahabatku yang satu ini, akhirnya telphone itu ku angkat. Tapi tunngu terdengar
suara seperti isakan..
“........” suara itu hanya seperti suara isk tangis.
“ha..ha..lo.. ta” suara ku terdengar ragu.
“hiks.. hiks... ha..ha..lo.. la”
“halo ta, lo kenapa? Lo kenapa ta?” saat itu juga aku sangat panik.
“lo yang sabar ya?” aku hanya terdiam. Apa maksudnya?
“Dannar..”
“Dannar kenapa ta?” aku panik, perasaanku tak enak. Airmata itu menetes.
“Dannar udah gak ada. Dia udah ninggalin kita semua la.” Aku diam, aku tak tau harus bagaimana. Hati ini sudah sangat-sangat pilu. Isak tangisku lama-lama mulai terdengar mengeras. Aku sedih.
‘KENAPA KAMU NINGGALIN AKU?!!! ARRRGGHHHHH...’ aku menangis sejadi-jadinya.
Lolita membawaku ke tempat tinggal Dannar dan keluarganya yang baru, aku datang dengan pakaian serba hitam dan kacamata hitamku untuk menutupi mata yang sembab. Tapi betapa kagetnya aku saat aku melihat Dannar yang terbaring tak bernyawa adalah Stren yang belakangan ini selalu bersamaku. Jadi? Selama ini. Stren itu adalah Dannar? Dannar yang selalu aku rindukan ada di dekatku. Aku menangis tersedu-sedu, tak habis pikir tentang kisah hidupku. Aku telah bersama seseorang yang aku sayangi sebelum ia pergi selamanya. Nyaris saja aku pingsan dalam prosesi pemakaman!
Aku tetap berdiri di pusaran Dannar hingga suasana menjadi sepi, hingga semua keluarga dan para pelayat pulang. Airmata yang tak pernah berhenti menetes. Terlalu sedih untuk diungkapkan. Lolita yang sedari tadi menemaniku dan mengelus punggungku.
“udah la.. kamu yang sabar ya. Kamu jangan sedih gini, aku yakin Dannar sedih kalo liat kamu kaya gini. Kamu harus semangat la”, “la... aku mau jujur sama kamu. Disini didepan makam Dannar”
Aku hanya melihat Loliata dan mengangguk mengisyaratkan kepadanya untuk bicara dan aku tak berkata apapun.
“sejujurnya, saat aku mentelphone mu malam itu saat aku bertemu sebentar itu semua bohong.”
Aku melihat Lolita dan sungguh aku sangat kaget bagaimana mungkin ia berbohong. Apa maksdunya?
Loliata melanjutkan ceritanya tapi suaranya mulai melemah, “sebenarnya waktu itu aku memang bertemu Dannar tapi tak sebentar. Kami mengobrol banyak. Sebenarnya dia sangat menyayangimu la, dia gak mau pergi jauh darimu. Dia menghilang selama 5 tahun belakangan ini untuk berobat keluar negri karena leukimia.Tapi semua pengobatan nihil. Dia tak menemukan pendonor yang mau menyumbangkan sumsum tulang belakangnya. Dannar sengaja gak beritahu kamu soal penyakitnya karena dia gak pengen kamu sedih dan khawatir sama dia. Dannar gak pernah nyatain perasaannya ke kamu walau dia juga tau kamu menyayanginya karena dia gak mau kamu kehilangan pacarmu suatu hari nanti.”
Aku tertunduk lemas, airmata yang semakin deras mengalir, dengkul ku bergetar hebat. Aku berlutut dimakam Dannar dan menangis, semakin dalam sakit ini.
Lolita sempat terdiam melihatku, airmatanya pun ikut menetes bersama ceritanya, “Dia tau kalau dia gak ada harapan lagi. Dia kembali kepadamu karena dia sangat merindukanmu, saat bertemu denganmu ternyata kamu lupa dengannya. Dia memang sudah banyak berubah, saat aku bertemu dengannya bahkan aku tak mengenalinya sama sekali. Dia bilang kalau kamu mengenalinya dengan nama Stren, kamu jalan bareng dia itu membuatnya sangat bahagia la. Dia sangat bahagia saat bersamamu, sama sepertimu yang bercerita kamu sangat bahagia saat bersama sosok Stren. Lihat la, huruf ‘S’ di batu nisan itu.. kita gak pernah tau apa arti huruf ‘S’ itu dalam namanya. Dannar Widjaya Stren Pradhana. Itu nama lengkapnya la. Selama beberapa hari kamu tak pernah bertemu sosok Stren yang kamu kenal saat itulah dia sedang terbaring lemah, tak berdaya dan tak sadarkan diri. Kondisinya semakin menurun. Hingga akhirnya dia ada dihadapanmu saat ini la. Dan dia meninggalkan kita selamanya. Dia Cuma kasih ini la untuk mu.”
Lolita memberikan sebuah kotak untukku dari Dannar, isinya beberapa lembar foto kami saat saat masih kanak-kanak, saat sebelum dia menghilang,saat kami bertemu dibukit lagi waktu itu (ternyata dia belum menghapus foto itu) dan ditaman waktu itu. Dibalik setiap foto kami Dannar menuliskan ‘aku merindukanmu dan menyayangimu’ dan sebuah kalung leontin bertuliskan huruf DA.
Aku menangis terisak dan tak kuat lagi untuk berdiri. Mengingat semua saat bersamanya. Lolita menuntunku pulang kembali ke rumah.
“........” suara itu hanya seperti suara isk tangis.
“ha..ha..lo.. ta” suara ku terdengar ragu.
“hiks.. hiks... ha..ha..lo.. la”
“halo ta, lo kenapa? Lo kenapa ta?” saat itu juga aku sangat panik.
“lo yang sabar ya?” aku hanya terdiam. Apa maksudnya?
“Dannar..”
“Dannar kenapa ta?” aku panik, perasaanku tak enak. Airmata itu menetes.
“Dannar udah gak ada. Dia udah ninggalin kita semua la.” Aku diam, aku tak tau harus bagaimana. Hati ini sudah sangat-sangat pilu. Isak tangisku lama-lama mulai terdengar mengeras. Aku sedih.
‘KENAPA KAMU NINGGALIN AKU?!!! ARRRGGHHHHH...’ aku menangis sejadi-jadinya.
Lolita membawaku ke tempat tinggal Dannar dan keluarganya yang baru, aku datang dengan pakaian serba hitam dan kacamata hitamku untuk menutupi mata yang sembab. Tapi betapa kagetnya aku saat aku melihat Dannar yang terbaring tak bernyawa adalah Stren yang belakangan ini selalu bersamaku. Jadi? Selama ini. Stren itu adalah Dannar? Dannar yang selalu aku rindukan ada di dekatku. Aku menangis tersedu-sedu, tak habis pikir tentang kisah hidupku. Aku telah bersama seseorang yang aku sayangi sebelum ia pergi selamanya. Nyaris saja aku pingsan dalam prosesi pemakaman!
Aku tetap berdiri di pusaran Dannar hingga suasana menjadi sepi, hingga semua keluarga dan para pelayat pulang. Airmata yang tak pernah berhenti menetes. Terlalu sedih untuk diungkapkan. Lolita yang sedari tadi menemaniku dan mengelus punggungku.
“udah la.. kamu yang sabar ya. Kamu jangan sedih gini, aku yakin Dannar sedih kalo liat kamu kaya gini. Kamu harus semangat la”, “la... aku mau jujur sama kamu. Disini didepan makam Dannar”
Aku hanya melihat Loliata dan mengangguk mengisyaratkan kepadanya untuk bicara dan aku tak berkata apapun.
“sejujurnya, saat aku mentelphone mu malam itu saat aku bertemu sebentar itu semua bohong.”
Aku melihat Lolita dan sungguh aku sangat kaget bagaimana mungkin ia berbohong. Apa maksdunya?
Loliata melanjutkan ceritanya tapi suaranya mulai melemah, “sebenarnya waktu itu aku memang bertemu Dannar tapi tak sebentar. Kami mengobrol banyak. Sebenarnya dia sangat menyayangimu la, dia gak mau pergi jauh darimu. Dia menghilang selama 5 tahun belakangan ini untuk berobat keluar negri karena leukimia.Tapi semua pengobatan nihil. Dia tak menemukan pendonor yang mau menyumbangkan sumsum tulang belakangnya. Dannar sengaja gak beritahu kamu soal penyakitnya karena dia gak pengen kamu sedih dan khawatir sama dia. Dannar gak pernah nyatain perasaannya ke kamu walau dia juga tau kamu menyayanginya karena dia gak mau kamu kehilangan pacarmu suatu hari nanti.”
Aku tertunduk lemas, airmata yang semakin deras mengalir, dengkul ku bergetar hebat. Aku berlutut dimakam Dannar dan menangis, semakin dalam sakit ini.
Lolita sempat terdiam melihatku, airmatanya pun ikut menetes bersama ceritanya, “Dia tau kalau dia gak ada harapan lagi. Dia kembali kepadamu karena dia sangat merindukanmu, saat bertemu denganmu ternyata kamu lupa dengannya. Dia memang sudah banyak berubah, saat aku bertemu dengannya bahkan aku tak mengenalinya sama sekali. Dia bilang kalau kamu mengenalinya dengan nama Stren, kamu jalan bareng dia itu membuatnya sangat bahagia la. Dia sangat bahagia saat bersamamu, sama sepertimu yang bercerita kamu sangat bahagia saat bersama sosok Stren. Lihat la, huruf ‘S’ di batu nisan itu.. kita gak pernah tau apa arti huruf ‘S’ itu dalam namanya. Dannar Widjaya Stren Pradhana. Itu nama lengkapnya la. Selama beberapa hari kamu tak pernah bertemu sosok Stren yang kamu kenal saat itulah dia sedang terbaring lemah, tak berdaya dan tak sadarkan diri. Kondisinya semakin menurun. Hingga akhirnya dia ada dihadapanmu saat ini la. Dan dia meninggalkan kita selamanya. Dia Cuma kasih ini la untuk mu.”
Lolita memberikan sebuah kotak untukku dari Dannar, isinya beberapa lembar foto kami saat saat masih kanak-kanak, saat sebelum dia menghilang,saat kami bertemu dibukit lagi waktu itu (ternyata dia belum menghapus foto itu) dan ditaman waktu itu. Dibalik setiap foto kami Dannar menuliskan ‘aku merindukanmu dan menyayangimu’ dan sebuah kalung leontin bertuliskan huruf DA.
Aku menangis terisak dan tak kuat lagi untuk berdiri. Mengingat semua saat bersamanya. Lolita menuntunku pulang kembali ke rumah.
Hari-hariku benar-benar
sepi dan hampa sekali, aku menjadi seseorang yang pendiam dan tak seceria dulu.
1 tahun setelah kepergiannya belum juga duka itu sirna, semakin hari semakin ku
merindukannya. Aku lebih banyak menyendiri dan memandangi foto-foto kami. Aku
selalu merasa dia ada di dekatku. Tak seindah cinta yang kubayangkan. Dia
Datang dan Pergi!
Louisa Pratiwi
19/11/12 , 19:42
Part III
Part III
Aaaaaaa, Tiwwwiiiiii, keren bangeeeeettttt :""")))))
BalasHapus